This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday, April 10, 2021

Ruang Iklan Metodologi

Pemilik blog menyediakan ruang iklan bagi yang hendak promosi produk. Ruang iklan tentu menjadi sesuatu yang penting dalam dunia pendidikan, khususnya dalam penelitian sepertibuku-buku metodologi penelitian. Bagi bapak/ibu/sdr/sdri pengunjung yang hendak mempromosikan produk melalui blog ini dapat menghubungi kami di alamat yang telah dicantumkan. Saya menerima banner iklan dengan ukuran sbb:


ukuran banner 250 x 300.
Ukuran banner 970 x 90
Ukuran banner Jumbo 300 x 1050 Bahkan ukuran 1 laman blog.

Untuk harga kita dapat sepakati bersama. Yang Berminat silakan hubungi saya melalui:

Nama : Yonas Muanley
Hp : 081388662585
Email : yonasmuanley@gmail.com


Pasang Iklan Anda disini




Bagi yang mau memasang iklan untuk dipublikasikan di weblog ini silakan menghubungi kami. Promosi di blog sangat efektif karena blog dapat efektif berada dalam halaman 10besar google. Ukuran iklan dari ukuran 250x300 sampai pada ukuran yang besar seperti 970 x 90 dan ukuran jumbo 600 x1050 dan seterusnya. Tentu semuanya berpulang kepada pemilik produk atau para sponsor yang mau mempromosikan produknya melalui blog ini.



Promosi dalam dunia Pendidikan seperti promosi kuliah, penerimaan mahasiswa baru, kuliah online yang telah terakreditasi, promosi entrepreneur seperti digital preneur, usaha online dan usaha-usaha lainnya. Topik ini menjadi salah satu pokok percakapan dari Capres hari ini tanggal, 17 Februari 2019. Pertanyaan salah satu calon Presiden yaitu usaha online di Indonesia.

Bila Anda berminat silakan hubungi saya untuk memasang iklan Anda di blog ini.

Friday, October 23, 2020

Kritik Metodologi Kualitatif Reviewer

Beberapa hari belakangan ini saya mendapat sebuah pengalaman yang berharga. Pengalaman yang saya maksudkan yaitu seorang reviewer mengoreksi artikel ilmiah untuk Call Paper dari sebuah jurnal Nasional yang belum terakreditasi Nasional tetapi sudah mendapat legalitas sebagaimana layaknya perizinan sebuah jurnal dan penerbitan artikel. Tentu jurnal ini sedang dipersiapkan untuk masuk dalam akreditasi Nasional yang berlaku untuk setiap Jurnal Ilmiah di Indonesia. Saya memanfaatkan undangan atau Call paper yang disampaikan editor jurnal kemudian saya membuat sebuah jurnal dan submit di Jurnal tersebut. Beberapa minggu kemudian saya mendapat berita agar saya memeriksa artikel saya karena ada catatan dari Reviewer Jurnal. Saya kemudian memeriksanya dan ternyata ada beberapa catatan dari seorang reviewer. 

Pertama ada catatan di Abstrak, ia membuat catatan untuk saya memperhatikan Signifikansi dari tulisan saya. Membaca catatan ini saya geli membacanya karena dalam konteks karya ilmiah bila disebutkan kata signifikansi dalam bagian tertentu seperti di abstrak maka harus disebutkan angka signifikansinya. Tidak bisa disebut secara kualitatif dengan hanya menggunakan kata signifikan dengan sejumlah penjelsan singkat tentang signifikansi itu. Pada hal dalam Abstraksi, saya sudah menyebutkan metode penelitian yang saya pakai yaitu metode penelitian kualitatif dengan analisis data taksonomi domain. 

Bila reviewer ini mengerti penelitian kualitatif yang mengadakan penelitian lapangan maka dengan membaca pernyataan saya pada bagian metodologi yaitu penggunaan metode dan analisis data maka ia mestinya paham bahwa signifikansi penelitian itu dapat dikemukakan dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian kuantitatif. 

Dalam metode penelitian kuantitatif akan disebutkan temuan penelitian yang menunjukkan angka signifikansinya lalu disebutkan dalam bagian abstrak. Jadi, sayangnya reviewer yang hanya punya pengalaman meneliti secara teoritik (membaca buku) dan menuangkan menjadi sebuah artikel atau tidak pernah menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi akan membuat catatan yang tidak cocok secara metodologis. Saya punya pengalaman penelitian kualitatif di penelitian kualitatif untuk disertasi saya. 

Pengalaman itu walaupun belum secara sempurna karena dalam penelitian teologi pendidikan yang menggunakan metodologi kualitatif dengan penelitian lapangan pada masa saya yaitu pada tahun 2012 itu sangat langka. Mungkin saya termasuk yang menggunakan metodologi kualitatif. Akan hal ini saya sudah kemukakan Bab III Disertasi saya da nada di blog ini bahkan saya sudah posting di OSF.IO  

Ya jadi saran saya yakni alami penelitian kualitatif yang mengadakan penelitian lapangan. Jika tidak pernah melakukan penelitian kualitatif yang mengadakan penelitian lapangan maka akan membuat catatan terhadap artikel ilmiah yang tidak berkualitas. Mereka yang paham soal penelitian kualitatif yang megadakan penelitian lapangan akan memahami secara baik pada bagian metodologi. Kira-kira penulis artikel ilmiah menggunakan metode penelitian apa dan metode analisis data yang dipakai. Kalau metode penelitian kuantitatif ya tentu analisis data secara stataistik (penggunaan SPSS).

Bila kualitatif maka penulis tersebut akan mengemukakan bahwa ia menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis data taksonomi domain. Bukan seperti yang biasa terjadi yaitu dalam abstraksi bahkan bagian metodologi disebut penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan riset pustaka dan menganalisis secara deskriptif. Ya sebenarnya semua metode penelitian tetap menggunakan kajian buku, dalam kajian buku tentu ada analisisnya dan dikemukan secara deskripsitif di bagian teori.

Bila saya menjadi reviewer maka catatan seperti yang dikemukakan oleh seorang reviever atas artikel saya khususnya pada bagian abstrak tidak perlu ada catatan seperti itu. Catatan itu menunjukkan betapa lemahnya metodologi kualitatif yang dipahami reviewer yang mengoreksi artikel saya.

Dalam abstraksi sudah jelas ada petunjuk atau pedoman dari jurnal tersebut yaitu dalam bagian Abstraksi sudah ada petunjuk yang jelas yaitu dalam abstrak, penulis cukup mengemukakan tujuan penelitian, metode yang dipakai, teori dan temuan. Saya sudah mengikuti aturan ini yakni saya mengemukakan apa yang menjadi tujuan penelitian dengan menyatakan demikian: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sisi negative dan positif …, sedangkan untuk metode penelitian, saya menyakan dalam artikel saya demikian: Metode yang dipakai yakni metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis data taksonomi domain dan seterusnya untuk teori dan temuan penelitian secara singkat di Abstrak. Lalu catatan reviewer demikian: Lalu dimana letak relevansi dan signifikansinya bagi para ….? Catatan inilah yang membuat saya mengkritiknya. 

Jika saya menggunakan kata Signifikansi maka harus ada angka sesuai olah data dengan SPSS, sementara metode penelitian yang saya pakai adalah metode kualitatif dengan analisis data taksonomi domain. Mungkin bila saya berkesempatan bertanya kepada revier ini maka ia akan sulit memberi jawaban atas catatannya. Jarang dalam jurnal ilmiah teologi ada yang menyatakan saya menggunakan metodologi kualitatif dengan analisis data yang dikenal dalam buku-buku metodologi penelitian kualitatif. Yang ada hanya mengikuti kata orang dari waktu ke waktu tanpa ada alasan metodologi yang jelas. 

Saya menyatakan menggunakan metodologi kualitatif dengan analisis taksonomi domain karena memang secara metodologi disebutkan demikian dalam buku metodologi penelitian kualitatif. Sumbernya saya sudah cantumkan dalam catatan kaki yang berhubungan dengan metodologi. Dalam disertasi saya, saya menggunakan metodologi kualitatif yang mengadakan penelitian lapangan dengan beberapa pilihan analisis data seperti taksonomi domain, trianggulasi dll. Lalu yang menyatakan memilih metode analisis data “triangulasi”. SIlakan baca Bab III Disertasi saya dalam blog ini.   

Selain itu ingat bahwa dalam metodologi penelitian kualitaif, peneliti atau penulis artikel ilmiah yang mengadakan peneltian lapangan adalah orang yang menjadi alat utama dalam mendapatkan data lapangan sesuai pokok yang diteliti. Biasanya disebut intrumen kunci. Ini berarti dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat memakai alat-alat di luar dirinya seperti menggunakan kuisioner, foto, rekaman untuk mendapatkan data di tempat penelitian. 

Penulis juga dapat menggunakan pengamatan dan wawancara. Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menghasilkan informasi tentang variable atau konsep yang diteliti. Misalnya saya meneliti tentang Efektivitas Pemanfaatan Video Conference dalam Pembeajaran di STT …. Setelah membaca sejumlah buku yang membahas tentang teori efektivitas dan video conference seperti zoom dan google meet, saya kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan. 

Biasanya di skripsi, tesis dan disertasi pokok di atas dikemukakan dalam Bab II sebagai bagian dari landasan teori atau teoritis-teologis, lalu melanjutkan ke tempat penelitian yaitu di STT yang dipilih. Lalu mengadakan penelitian sesuai metode penelitian yang dipilih. Bila memilih metode kuantitatif maka pilihan untuk mendapat data tentang Efektivitas Pemanfaatan Video Conference dalam Pembeajaran di STT yaitu menggunakan Kuisioner yang dikembangkan dari construct (definisi peneliti) yang tersimpul dari variable yang diteliti. Misalnya saya membuat construct penelitian untuk Efektivitas Pemanfaatan Video Conference dalam Pembeajaran di STT. Contructnya demikian: yang dimaksudkan dengan Efektivitas Pemanfaatan Video Conference dalam Pembeajaran di STT adalah ketercapaian tujuan pembelajaran melalui pemanfaatan video conference yang dilakukan di STT … dengan dimensi …. Dan indicator …. Nanti pernyataan atau pertanyaan di angket diambil dari definisi ini. Dengan begitu peneliti benar-benar menguji teori. Ini berlaku di penelitian kuantitatif. Jika kualitatif maka peneltian di lapangan tentu berbeda dengan penelitian kuantitatif. Yang kualitatif bias menyebar angket kemudian berdasarkan angket itu dianalisis lagi apakah benar demikian. Misalnya mahasiswa menyatakan mereka sangat memahami kuliah secara online. Lalu diamati lagi benarkah mereka sangat mengerti. Untuk itu diadakan wawancara. Di dalam wawancara akan Nampak sejauh mana tingkat pemahamannya. 

Bila saya menggunakan taksonomi domain maka saya kembangkan lagi pembelajaran di STT itu menjadi beberapa taksonomi seperti semester I, Semester II dan seterusnya sebagaimana yang ada dalam STT tersebut. Bila di STT tempat mengadakan penelitian hanya semester I dan V maka taksonomi juga hanya 2 (Taksonomi mahasiswa), kita kembangkan lagi taksonomi pengajar. Dalam taksonomi pengajar juga diperhatikan lagi, ada yang mahir IT ada juga yang masih gaptek maka sudah dapat dibayangkan efektifitas proses pembelajaran online tsb.

Salah satu yang membuat saya senang karena komunikasi dengan editor. Ia menyatakan masukan dari reviewer tidak mutlak diikuti seluruhnya. Saya pikir ini saran yang sangat brilian. Karena bisa saja reviewer belum punya pengalaman dalam metodologi penelitian seperti penelitian kualitatif yang tidak sebatas membaca buku tetapi dilanjutkan dengan penelitian lapangan yang disebut dengan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam konteks ini adalah penelitian kualitatif yang mengadakan penelitian lapangan. Sebab kebenaran sebuah teori tidak berdasarkan buku semata tetapi juga berdasarkan temuan lapangan. Oleh karena itu kebenaran pengetahuan harusnya dari kebenaran rasional dan kebenran empiris atau dari membaca buku dan mengadakan penelitian lapangan.

Jadi, artikel di atas merupakan respon kemarahan ilmiah atas catatan reviewer terhadap artikel saya. Marah ilmiah karena reviewer kurang mengerti  metodologi kualitatif secara baik.Seharusnya ia memperhatikan kalimat penting yang saya pakai yaitu metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metodologi kualitatif dengan analisis data taksnonomi domain. Mari belajar metodologi yang sesuai teori (berdasarkan buku-buku) dan lakukan penelitian kualitatif baru paham seperti apa metodologi penelitian kualitatif. 

 

Salam

Thursday, September 26, 2019

Penelitian Kualitatif Tentang M-Learning

Hari ini saya membawakan sebuah topik seminar di Sekolah Tinggi Teologi dengan topik:"Mobile Learning di Sekolah Tinggi Teologi Kristen". Sebenarnya istilah dan praktik dari m-learning sudah lama ada di dunia pendidikan, namun kami baru tahu istilah tersebut tahun 2019. Jadi, sangat tertinggal. Informasi itupun saya peroleh karena akses di internet. Awalnya saya menemukan Program Blended Learning, lalu saya mencari informasi lanjutan, saya kemudian menemukan istilah "Mobile Learning".

Sebelum lanjut membaca, saya ucapkan selamat merayakan perayaan Imlek bagi mereka yang merayakannya pada tanggal 25 Januari 2020


Saya kemudian meresponinya dengan menerapkan Blended Learning dalam pembelajaran yang saya lakukan pada periode Agustus-Desember 2019. Saya tidak mengikuti pelatihan, namun saya belajar secara mandiri dengan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang "Blended Learning" dan "Mobile Learning".






Ketika mendapat tawaran dari panitia seminar di salah satu STT di bilangan Jakarta Timur, saya langsung mengiayakan dengan mengusung tema seminar: "Mobile Learning". Saya memilih tema ini karena kini pengaruh Handphone sedemkian kuat, tidak ada dosen dan mahasiswa yang tidak memiliki handphone. Setiap civitas pasti memiliki handphone, kadang membuat dosen dan mahasiswa menjadi "generasi nunduk". Nunduk di saat makan, nunduk di saat menumpang mobil, nunduk pada saat seminar dll. Artinya dengan adanya handphone, membuat setiap orang menunduk dalam beberapa waktu untuk melihat handphone dan mulai meletakkan jari untuk bersentuhan dengan layar Android.
Dalam rangka penelitian kualitatif, seorang dosen atau mahasiswa dapat mengadakan penelitian tentang variabel "Mobile Learning" di Sekolah Tinggi Teologi.
Masalah yang terjadi yakni: Handphone sedemikian digandrungi oleh dosen dan mahasiswa. Setiap dosen pasti punya handphone, demikian juga para mahasiswa, pasti memiliki handphone. Namun seberapa banyak yang telah memanfaatkan Handphone sebagai salah satu bagian dari "Mobile Learning". Mungkin tidak banyak dosen dan mahasiswa yang menggunakan hp sebagai bagian dari mobile learning.
Ada sejumlah fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah mata kuliah dapat dirancang dalam pembelajaran dengan metode Mobile Learning. Caranya sbb:
1. Buat materi dalam bentuk word maupun powerpoin
2. Punya email
3. Manfaatkan Google Draive
4. Shortener Link
5. Bagikan link yang sudah dipendekkan dengan shortener bit.ly
Bila telah mengikuti tahap di atas maka pembelajaran terhadap sebuah mata kuliah dapat dilakukan secara mobile learning dengan menggunakan "Handphone"

Semoga bermanfaat
Salam

YM

Thursday, July 18, 2019

Penelitian Kecantikan

Kecantikan adalah pernyataan kualitatif yang bila dihubungkan pada sebuah objek maka akan menjadi sebuah variabel yang dapat diteliti secara kualitatif. Kecantikan itu biasanya dihubungkan pada hal yang feminis.Misalnya nona cantik. Kita mendengar lagu "nona cantik siapa yang punya", perempuan cantik, artis cantik, model cantik, dan lain sebagainya.






Kecantikan pada wanita selalu terlihat pada wajah dan penampilannya. Dengan begitu mereka disebut cantik. Tampil secara cantik di depan kamera, tampil secara cantik di siaran TV, tampil secara cantik di pesta, tampil secara cantik pada saat berbelanja, tampil secara cantik dalam wisuda dll.


Struktur bahasan teori tentang kecantikan dapat dilakukan sebagai berikut

BAB II KAJIAN TEORI
1. Pengertian kecantikan
2. Faktor-faktor kecantikan dapat dicari untuk dibahas dalam kajian teori untuk penelitian tentang kecantian
3. Jenis-jenis kecantikan
4. Kecantikan alamiah
5. Kecantikan buatan
6. Kecantikan tiruan
dan beberapa kajian lain yang berhubungan dengan kecantikan.

Monday, March 4, 2019

Istilah-istilah Penelitian dalam Ilmu Pengetahuan

Dalam bidang keilmuan pasca penceraian dengan filsafat, ilmu-ilmu dalam bidang apapun mulai berusaha untuk otonom atau berdiri sendiri, katakanlah bercerai dari filsafat tetapi masih membutuhkan filsafat. Itu artinya filsafat selalu dibutuhkan oleh ilmu-ilmu yang katanya sudah otonom. Ilmu pasti pun masih butuh filsafat, misalnya Matematika masih membutuhkan filsafat, fisika juga masih butuh filsafat, dalam ilmu sosial apalagi, filsafat menjadi rebutan. Coba periksa saja kurikulum di Perguruan Tinggi seperti universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik pasti ada mata kuliah filsafat secara tersendiri atau terintegrasi dengan mata kuliah tertentu. Misalnya Ilmu membutuhkan filsafat sehingga ada mata kuliah filsafat Ilmu. Singkatnya dalam bidang kehidupan termasuk penelitian membutuhkan pemikiran mendalam terhadap realitas yang dihadapi. Realitas yang dihadapi adalah sesuai bidang keilmuan. Ada realitas Teologi, realitas Pendidikan, realitas matematika, realitas biologi, realitas kimia, realitas filsafat, realitas hukum, realitas etika, realitas ekonomi dan seterusnya.

Terhadap realitas yang bersifat khusus itulah berlaku penelitian yang pada akhirnya melahirkan ilmu mandiri. dengan demikian saya sepakat dengan Dr. Wirawan yang menulis buku Evaluasi ...Aplikasi dan Profesi, menyatakan:"ilmu pengetahuan mempunyai metode untuk melakukan penelitian ..." (Wirawan,2011:2). Untuk melakukan penelitian pada setiap bidang ilmu, maka ada beberapa istilah sebagai berikut:

1. Riset murni

Menurut Wirawan (2011:2) Riset murni adalah riset yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian untuk menciptakan teori-teori ilmu pengetahuan baru. Mereka yang melakukan riset murni adalah para ahli atau peneliti riset murni yang tertarik pada fenomena ilmu pengetahuan, punya waktu, tenaga, biaya serta alat yang memadai untuk melakukan penelitian. Jadi, tujuan utama penelitian ini hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, penelitian ini mementingkan unsur pengembangan atau temuan sebuah epistemology baru atas bidang ilmu pengetahuan, unsur aksiologinya yaitu apakah penelitian ini bermanfaat atau tidak, bertentangan dengan norma atau tidak, bertentangan dengan agama atau tidak, ia tidak mempertimbnagkannya. Yang difokuskan adalah "pengembangan ilmu pengetahuan". Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap ilmu ada ada riset murninya. Ya ini memang demikian tetapi manusia Pancasila yang mengadakan penelitian selalu berada pada paradigma 5 (lima) sila Pancasila, dengan sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa". Itulah sebabnya penelitian dalam bidang apapun tidak boleh bertentangan dengan Agama yang dianut di ndonesia.

2. Riset terapan
Menurut Wirawan (2011:2), riset terapan adalah riset yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan demikian masalah yang dihadapi masyarakat atau lembaga pendidikan dan lain sebagainya perlu diteliti dan hasil penelitian tersebut digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Kemudian jenis penelitian terapan yang dimaksudkan disini dapat meliputi:
(1) Riset evaluasi atau evaluation risearch
(2) Riset tindakan atau action research
Kita mungkin belum tahu siapa yang pertama kali melakukan penelitian tindakan, kita bersyukur ada yang menulis buku dan kita mendapatkan informasi yang disampaikan oleh Wirawan yang menghubungkan nama Kurt Lewin, seorang profesor dari perguruan tinggi berbentuk Institut dengan nama institutnya yaitu "Machassuset Institute Tecnologi", sang profesor ini mengadakan penelitian tindakan pada tahun 1944. Profesor ini kemudian memunculkan istilah action research dalam makalah dengan judul "Action and Minority Problem yang disampaikan pada tahun 1946. Profesor Kurt Lewin mendefinisikan dalam Wirawan (2011:3) yaitu action research adalah riset perbandingan mengenai kondisi dan pengaruh-pengaruh berbagai bentuk tindakan sosial dan penelitian yang mengarah pada tindakansosial yang memakai suatu langkah-langkah spiral, yang masing-masing membentuk suatu siklus perencanaan, tindakan, penemuan fakta mengenai hasil tindakan (https://en.wikipedia.org/wiki/Action Research).

(3) Riset Operasi
Riset ini disebut juga dengan istilah managament science.
Managament Science adalah penerapan metode dan teknik saintifik untuk pengambilan keputusan (Wirawan, 2011:3). Mengambil keputusan merupakan sebuah proses mengidentifikasi masalah dan sejumlah alternatif dan memilih salah satu alternatif yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Untuk mencapai maksud ini sering peneliti menggunakan:
(a) statistik
(b) optimisasi
(c) stokastik
(d) teori urutan
(e) teori permainan
(f) teori grafik
(g) simulasi
(h) modeling
(Wirawan, 2011:3)
Kiranya penjelasan di atas dapat membatu mereka yang sedang mencari salah satu istilah di antara informasi di atas

Contoh Rumusan rumusan dalam Bab I Pendahuluan

Contoh Rumusan rumusan dalam Bab I Pendahuluan
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentivikasi sejumlah masalah pada efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel, STT Paulus sebagai berikut:

1. Ada indikasi sebagian dosen di STT masih menerapkan pembelajaran berbasis materi dan bukan berbasis tujuan atau efektivitas proses pembelajaran di STT.
2. Ada indikasi bahwa sebagian dosen hanya memanfaatkan apa yang sudah ada.
3. Ada indikasi bahwa rumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator-indikatornay tidak dilaksanakan secara baik atau kompetensi paedagogik dalam merumuskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator-indikatornya dengan kata kerja operasional yang relevan untuk domein kognitif, afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan secara baik.
4. Ada indikasi bahwa dosen tidak mengimplementasi pembuatan kontrak pembelajaran, silabus dan SAP sesuai teori pelatihan yang telah diperoleh dalam pelatihan Applied Approach yang diselenggarakan oleh Universitas maupun oleh Dirjen Bimas Kristen Protestan.
5. Ada indikasi bahwa belum tampak adanya keinginan/motivasi berprestasi dari dosen dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.
6. Ada indikasi bahwa pembelajaran setiap mata kuliah kurang terintegrasi dengan pendidikan karakteristik unggul berdasarkan didaktik Yesus Kristus dengan mata kuliah yang diasuhnya.
7. Ada indikasi bahwa dosen di STT memiliki blog, baik yang berbasis wordpress.com (www.wordpress.com), blogspot.com (www.blogspot.com) tetapi belum dimanfaatkan untuk proses pembelajaran terhadap mata kuliah yang diasuhnya.
8. Ada indiaksi bahwa dosen di STT kurang memanfaatkan Blog gratis (blogspot dan wordpress), khususnya hosting wordpress. Sementara banyak universitas-universitas di di Indonesia telah memanfaatkan blog untuk keperluan pembelajaran, misalanya blog terbaik adalah blog Dosen dan Mahasiswa Universitas Naratoma, dan disusul dengan universitas lainnya, di STT sangat jarang memanfaatkan weblog untuk proses pembelajaran, pada hal wordpress dan blogspot menjadi media yang sangat relevan untuk dosen mempublish tulisan-tulisan akademis, termasuk mata kuliah 9. Ada indikasi bahwa dosen di STT kurang memanfaatkan weblog berbasis free weblog (wordpress dan blogspot.com dll) untuk mata kuliah yang diasuhnya dalam proses pembelajaran.
10. Diduga dosen di STT engan memasukan kontrak pembelajaran, silabus dan materi kuliah dalam weblog yang dapat diakses mahasiswa secara online.
11. Ada indikasi dosen kurang memanfaatkan media pembelajaran online
12. Ada indikasi dosen lebih banyak memanfaatkan papan tulis sebagai media pembelajaran
13. Ada indikasi dosen kurang memanfaatkan metode pembelajaran secara fariatif
14. Ada indikasi dosen hanya menggunakan metode kuliah atau ceramah pada setiap kali pertemuan.
15. Ada indikasi bahwa dosen hanya menggunakan evaluasi kognitif
16. Ada indikasi bahwa dosen kurang menggunakan evaluasi untuk ranah afektif dan psikomotorik
17. Ada indikasi bahwa dosen tidak menulis bahan ajar secara baik

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identivikasi masalah di atas menjadi jelas bahwa ada banyak variabel yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran. Variabel-variabel yang mempengaruhi itu disebut variable bebas (independent variable), yang mempengaruhi variable pokok/utama yang telah ditetapkan sebagai variable terikat, variable ini biasa disimbolkan dengan Y, sedangkan variabel bebas disimbolkan dengan X (X1, X2, X3, X4 dst.)

Dalam penelitian ini sesuai identifikasi masalah maka variable bebas dibatasi pada kompetensi paedagogis (X1/ identifikasi masalah no. 1), motivasi berprestasi dosen (X2/identifikasi masalah no.3 ), integrasi pendidikan karakteristik unggul berdasarkan didaktik Yesus (X3/identivikasi masalah no. 8), pemanfaatan weblog (free weblog/blog) dalam proses pembelajaran (X4/identifikasi masalah no.4). Apakah lima variable itu mempengaruhi efektivitas atau tercapainya tujuan pembelajaran yaitu perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan kata lain, berdasarkan sejumlah masalah di atas, perlu dibuat batasan masalah penelitian dengan maksud agar secara penelitian ini dilakukan secara terarah, selain itu efektivitas waktu, dana dan daya untuk menyelesaikannya. Dengan demikian fokus penelitian ini diarahkan pada beberapa variable bebas yaitu: Kompetensi Paedagogis Dosen, Motivasi Berprestasi Dosen, integrasi Pendidikan Karakteristik Unggul Berbasis Didaktik Yesus Kristus dengan mata kuliah, Pemanfaatan Free WebBlog Sebagai Bahan Ajar Online dan sebagai Media Instruksional. Variabel-variabel ini sifatnya independen dan memiliki pengaruh terhadap variable utama disertasi ini yaitu: efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel.

D. Perumusan Masalah

Penelitian ini memerlukan pertanyaan pengarah yang hendak dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi paedagogis dosen terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel? 2. Bagaimana pengaruh motivasi berprestasi dosen terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel? 3. Bagaimana pendidikan karakteristik unggul berdasarkan didaktik Yesus terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel? 4. Bagaimana pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel? 5. Bagaimana pengaruh kompetensi paedagogis dosen, motivasi berprestasi dosen, pendidikan karakteristik unggul berdasarkan didaktik Yesus, pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran secara sendiri-sendiri dan bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejaumana pengaruh kompetensi paedagogis dosen terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel?
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi berprestasi dosen terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel?
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan karakteristik unggul berdasarkan didaktik Yesus terhadap efektivitas proses
4. pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel?
5. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan blog sebagai bahan ajar online dan media pembelajaran terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT IKSM Santosa Asih, STT Paulus, STT Arrabona, STT Rahmat Emmanuel?

Contoh Bab III Metode Penelitian

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang digunakan

Menurut Ronny Kountur, metode penelitian adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Kaidah ilmiah yang dimaksud dalam definisi ini yaitu suatu penelitian ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, merumuskan dan menguji hipotesis atau menemukan teori serta membuat kesimpulan (Ronny Kountur, 2007:7)

Sedangkan Sugiyono mendefinisikan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam definisi ini ditekankan beberapa kata penting, yakni cara ilmiah yaitu kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan bersifat dapat diterima akal sehingga terjangkau oleh penelaran manusia.

Empiris berarti penelitian yang dilakukan melalui pengamatan indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2008:3)

Selanjutnya metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni penelitian kepustakaan (Library Research) artinya penulis mengadakan studi terhadap literatur yang ada, dan menyusun data tersebut secara sistematis (M. Nazir, 1998:l11-112). Sedangkan metode penulisan skripsi ini adalah Metode Deskriptif, yaitu metode dalam menulis suatu situasi dan kondisi atau peristiwa pada masa sekarang.

Penelitian Deskriptif (Descriptive Research), bermaksud membuat penyadaran secara sistematis, aktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Ibid, 43)

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak …….. sampai …….. 2017 yang diawali dengan pengajuan judul penelitian dan pengujian proposal penelitian dan penelitian lapangan secara kualitatif (Riset Teoritik)

C. Teknik Pengumpulan Data

Lexy J. Moleong mengklasifikasi teknik penelitian atau pengumpulan data dalam beberapa kategori, yaitu (1) sumber data dan jenis data yang diperoleh melalui: (a) kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai. (b) sumber tertulis yang dibagi lagi menjadi data dari sumber buku, majalah ilmiah. sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. (c) Foto menghasilkan data deskriptif dengan kategori foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. Foto yang dimaksud disini yaitu foto tentang orang dan latar penelitian yang sesuai dengan variable yang diteliti. Latar penelitian dalam foto dapat diamati dengan teliti, foto juga dapat memberi gambaran tentang perjalanan sejarah orang yang ada didalamnya.

Dari foto diketahui gambaran tentang posisi duduk di gereja, keadaan duduk santai, dan gembira ria, keadaan anggota gereja dan lain sebagainya. Foto digunakan untuk memahami bagaimana para subjek penelitian memandang duniannya (Lexy J. Moleong, 1999:114).

Selanjutnya dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan melalui dua sumber utama, yaitu: Sumber sekunder atau data sekunder. Data sukender adalah data yang bersumber dari penelitian orang lain yang dibuat untuk tujuan yang berbeda. Data ini berupa fakta, table, gambar, dan lain-lain. Walaupun dibuat untuk maksud yang berbeda, data-data ini dapat dimanfaatkan peneliti lain untuk variable yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada riset pustaka.

D. Teknik analisa data

Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku dalam menganalisa data, atau dalam analisa data kualitatif, tekniknya sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum tersedia, oleh sebab itu ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki oleh peneliti. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif